Skip to main content
BusinessTranskip

Bagaimana proses pendidikan di Pusat Pendidikan IWAPI?

By February 8, 2019March 25th, 2024No Comments

Wawancara Sejarah Lisan Dewi Motik Pramono (Ketua Umum IWAPI Periode 1982-1992)

Lokasi Wawancara : Jalan Surabaya No. 34-36 Menteng, Jakarta Pusat
Waktu Wawancara : Jum’at, 8 Februari 2019, Pukul 10.00 – 11.30

Pertanyaan (P): Bagaimana proses pendidikan di Pusat Pendidikan IWAPI?

Jawaban (J): Saya katakan kepada ibu-ibu, kalau kamu sebagai pengusaha katering harus tahu masak, bukan jago masak. Kamu dididik untuk membayar yang masak. Saya contohkan satu ayam itu bisa diolah untuk satu orang, empat orang atau bahkan 100 orang. Kita bisa buat bubur ayam. Jadi semua tergantung kecerdikan kita masak. Begitu juga dengan sayur asam, satu resep bisa seribu macam masakan. Kita jadi orang harus berpikir terus. Sekarang saya lagi aktif di masyarakat robotic. Kita harus belajar terus-menerus dan jangan sombong. Integritas, iman dan takwa harus kepada Allah dan harus berupaya terus.

 

(P): Tujuan IWAPI sebagai organisasi mandiri ya bu?

(J) : Iya kita mandiri. Kamu sekarang mungkin paham saya banyak dibutuhkan. Kamu harus tidak boleh malas membantu orang. Jadi saya pikir ya apa yang kau tanam akan kau berikan Tuhan. Cokroaminoto itu contoh hebat ya, rumahnya digunakan untuk kumpul anak-anak muda. Rumah ibu saya juga begitu.

 

(P): Bagaimana tentang kursus pendidikan IWAPI?

(J): Saya memerlukan lembaga pendidikan karena untuk mengisi formulir saja banyak wanita pengusaha ketika itu yang tidak mengerti, packaging juga tidak pahami, buat kontrak juga demikian, mengirim barang ditipu orang. Kita juga mengajarkan kontrak-kontrak yang dalam bahasa Inggris. Kita mengajarkan mengisi lokal market dan internasional market. Pendidikan itu sangat penting. Saya kemudian menghadap Bapak Ali Sadikin. Beliau kemudian memangil Dinas Tata Kota DKI Jakarta dan cari rumah yang bisa ditempati. Kemudian kami membersihkan tempat itu yang ada di Cikini. Ternyata peserta banyak sekali.

Ketika saya menjadi Ketua Umum IWAPI pertama kali saya menggalang pendanaan dana. Kebetulan sekali rumah ibu yang di Menteng baru saja akad kontrak dengan jumlah yang lumayan. Rumah ibu banyak sekali ada sekitar 50 rumah yang dikontrak. Kemudian beliau menyumbang 100 juta untuk bantu. Saya datangi teman-teman saya di KADIN, kemudian mereka juga ikut menyumbang, seperti Bapak Bob Hasan, Sudikatmono. Alhamdulilah jadilah rumah itu. Pada saat peresmian, saya juga mengundang Pak Ali Sadikin dan diresmikan oleh Pak Sudomo.

Kedua sahabat yang berbeda politik itu akhirnya bertemu pas peresmian itu. Saya kemudian juga mengadakan penggalangan dana kembali, seperti di golf, Putri Ayu, dan semua dana saya serahkan ke IWAPI untuk Pusat Pendidikan. Jadi memang itulah, sebagai ketua kita harus dapat mencari uang, mencari sponsor.

Nah begitu juga di Pusat Pendidikan. saya juga bersyukur orang-orang yang berhasil seperti katering Proklamasi, Bu Suharja, beliau mau ngajar di Pusat Pendidikan IWAPI. Beliau yang menciptakan ide jajanan pasar, kue-kue kecil pakai bendera, itu ide dari katering kita. Ada Gelanggang Dagang IWAPI dan De Mono itu saling mendukung. Selalu saya katakan kepada orang jangan takut dan iri kalau kamu berbuat baik sama orang. Jaga hubungan baik dengan siapapun.

 

(P): Di album ibu ada Putri Ayu, De Mono, kegiatan tersebut ada kaitan dengan IWAPI ya bu?

(J) : karena saya harus kasih bantuan ke IWAPI. Saya dapat uang dari situ juga untuk menyokong IWAPI. Saya kan punya uang pribadi dari Putri Ayu, sebagian saya masukin buat IWAPI. Maaf ngomong ya kalau orang hebat ya tidak pelit. Harus siap membantu orang lain. Jangan pernah sombong karena itu tidak ada gunanya.

 

(P): Bagaimana perkembangan Pusat Pendidikan sekarang?

(J): Sekarang tidak ada pusat pendidikan. Sekarang Moza yang menggerakkan IWAPI digital. Gedung yang sekarang seperti gudang, padahal dulunya hidup banget. Sekarang sepi.

 

(P): Bagaimana program sosial IWAPI?

(J): tiap tahun kita menyumbang ke berbagai daerah. Saya pergi ke Spanyol untuk menyumbang PMR di Spanyol, dari situ saya ketemu Ratu Sophia, dll.

 

(P): Apakah kemunculan IWAPI bagian dari perjuangan kesetaraan atau gender?

(J): itulah orang harus banyak membaca. Al-Quran jelas menyatakan bahwa yang dihormati adalah ibumu sampai tiga kali baru kemudian bapakmu. Jelas juga dikatakan wanita adalah tiang negara dan landasan bangsa. Kalau mau lihat negara bagus apa tidak, lihat wanitanya. Kesetaraan gender tidak perlu diributkan. Wanita pakaian laki-laki, begitu juga dengan sebaliknya. Saya percaya dalam agama saya, jelas sudah, wanita di atas laki-laki tiga kali, pilar, dan landasan. Wanita juga sebagai tulang rusuk pria.